Kisah Seorang Nenek Penjual Keranjang

Hidup seorang Nenek tua bernama Rubi, ia hidup bersama seorang anaknya, karena suaminya telah lama meninggal, mereka tinggal disebuah gubuk kecil yang beralaskan tanah, dengan halaman rumah yang berisi kebun singkong yang luasnya tidak seberapa.

Sebut saja Nenek, Nenek saat ini berumur 80 tahun, dengan anaknya yang sudah berumur 60 tahun, Nenek berprofesi sebagai penjual keranjang anyaman di sebuah pasar dan anaknya berprofesi sebagai pembuat keranjang anyaman tersebut, nenek setiap harinya harus berjalan kaki menuju pasar yang berjarak sangat jauh dari rumahnya hanya demi menjual 4 keranjang tiap harinya, nenek berjalan keliling pasar sambil memikul keranjang dagangannya, panas terik matahari disiang hari tidak jadi penghalang bagi nenek, setelah sekian lama keliling pasar tidak seorang pun yang mau membeli keranjang dan akhirnya ada 2 orang pembeli yang membeli keranjangnya yang itu pun di jual dengan harga Rp4.000,- untuk ukuran sedang dan Rp6.000,- untuk ukuran besar, setelah sekian lama keliling tubuh renta nenek pun tidak kuat lagi menopang dan terpaksa nenek harus beristirahat sejenak, nenek duduk sambil mengeluarkan uang dari saku bajunya menghitung hasil penjualan hari ini, walau tidak seberapa tetapi sudah lebih dari cukup untuk bisa makan hari ini. Pada saat nenek beristirahat setelah menghitung hasil penjualan, uangnya nenek kembalikan lagi ke saku bajunya, tetapi uang itu tidak masuk ke saku baju melainkan terjatuh di jalan, tanpa disadari nenek pun beranjak dari tempat istirahatnya.

Setelah beristirahat, nenek pun berjalan kembali berkeliling pasar. Hari menjelang sore tak satupun orang yang membeli lagi dagangannya dan nenek pun harus beranjak pulang. Pada saat di perjalanan tak jauh dari pasar, disebrang jalan nenek bertemu dengan seorang anak kecil yang menangis karena ingin menyusul ibunya ke pasar dan nenek pun tak tega melihat anak kecil itu menangis, nenek pun mengantar anak kecil itu menemui ibunya, setelah lama mencari akhirnya mereka pun bertemu dengan ibu anak itu, ibu anak itu pun berterima kasih dan memberi nenek imbalan berupa uang, tetapi nenek menolaknya.

Beranjak dari tempat itu nenek pun bergegas kembali ke rumah dengan berjalan kaki, karena jika nenek menaiki kendaraan umum, uang untuk makan hari ini bisa habis. Pada saat di perjalanan hujan pun turun, tetapi tidak menghentikan langkah nenek, nenek pun terus berjalan dengan kepala hanya ditutupi daun pisang. Sesampainya dirumah, anaknya pun menyambut kedatangan nenek / ibunya dengan senang, karena bisa makan dari hasil penjualan hari ini, pada saat nenek memeriksa saku bajunya, nenek pun tidak menemukan uangnya dan baru disadari bahwa uangnya hilang. Walau demikian anaknya pun tidak mengeluh, tetapi nenek tahu bahwa anaknya pasti kecewa bahwa mengetahui uangnya hilang. Mereka pun tidak makan untuk hari ini. Nenek pun pergi ke halaman rumah ke kebun singkong miliknya untuk mengambil beberapa singkong yang mungkin bisa untuk dimakan hari ini. Melihat nenek / ibunya mengambil singkong di kebun, anaknya pun bergegas membantu, walau dengan keterbatasan fisik anaknya pun tetap berusaha membantu, karena keterbatasan bukan jadi penghalang. Anaknya memiliki keterbatasan fisik, karena pada saat berumur 10 tahun ia terjatuh dari pohon dan akhirnya kakinya pun lumpuh hingga saat ini, berjalan pun harus menggunakan kedua tangannya. Setelah mereka mengambil beberapa singkong, nenek pun langsung merebus singkong itu, sambil menunggu singkong itu matang mereka membuat keranjang anyaman lagi, setelah singkong itu matang mereka pun langsung makan bersama, walau hanya makan singkong tetapi itu cukup untuk makan hari ini.

0 komentar:

Post a Comment


Artikel Populer


Copyright © 2009-2012 Arsad 'Adjie' Anto | Powered by Simba.