Melihat Lebih Dekat

Dalam tulisan ini akan dibahas tema mengenai Posisi Manusia di Antara Makhluk Lain yang berjudul Melihat Lebih Dekat. Melihat Lebih Dekat dalam artian melihat lebih dekat salah seorang sahabat saya, bagaimana dia dimata saya.

Arti sahabat menurut pandangan saya adalah hasil dari suatu hubungan pertemanan yang dijalani seseorang dalam jangka waktu tertentu. Tetapi tidak semua pertemanan bisa berbuah menjadi sahabat, karena belum tentu kita merasa nyaman dengan orang itu dan sebaliknya belum tentu orang itu merasa nyaman dengan kita, sehingga tidak timbul rasa sahabat. Mencari sahabat tidaklah semudah mencari teman, karena dalam proses dari teman menjadi sahabat, tidak sedikit pengalaman – pengalaman yang telah dilalui, sahabat lebih tahu sisi positif dan negatif dari diri kita, sahabat lebih mengenal dan mengerti diri kita.

Sahabat yang saya maksudkan dalam tulisan ini adalah seseorang yang berinisial M. Saya telah mengenal dia sejak tingkat 3 pada saat saya duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Saya mengenal dia pada saat saya bimbingan belajar di salah satu institusi, pada waktu itu saya mencoba menolong dia keluar dari masalahnya, masalah yang saya anggap mudah, tetapi sulit bagi dia. Berawal dari situlah bertemanan saya, dia merasa berterima kasih karena saya telah menolongnya. Seiring berjalannya waktu dan tidak sedikit pula pengalaman – pengalaman yang saya lalui dengan dia, sehingga timbulah sahabat. Dia adalah sosok yang keras namun ramah, dan baik. Tapi ada pula sisi yang terkadang membuat saya kesal, yaitu rasa egois, suka menunda – nunda dan ceroboh, namun walau demikian rasa egoisnya dapat tertutupi oleh kebaikkannya.

Menurut pandangan saya, dia ini tergolong ke dalam aliran “Dualisme”. Seperti pendapat Rene Descartes yang mengatakan bahwa “jiwa adalah substansi yang berfikir, sedangkan badan sebagai substansi yang berkeluasan”. Hubungan jiwa dan badan bukanlah sesuatu yang ditambahkan, melainkan sesuatu yang hakiki sehingga tanpa salah satu unsur itu bukan merupakan insan. Jiwa dan tubuh merupakan substansi – substansi yang tersendiri dan lengkap sebagai insane, tetapi ditilik dari hubungan substansi – substansi yang tidak lengkap, jiwa mempunyai tabiat yang lain dari tubuh.

Dilihat dari Daya Manusia, akal dan inteligensi dari Dia tidak begitu mencolok, lalu dilihat dari segi perasaan dan emosi, Dia memiliki kelebihan dalam hal ini, yaitu emosi yang dapat mendorong dia dalam berusaha meraih impiannya, kemudian dari segi kemauan, Dia memiliki kemauan yang kuat dalam hal tujuan hidup, lalu dari segi fantasi, Dia tidak memiliki daya jiwa untuk menciptakan sesuatu yang baru.

Berdasarkan Tipologi Manusia, Dia tergolong bertipe “Amorf”, seperti yang dikatakan Raja Louis XV dari Prancis yaitu aktivitasnya rendah, suka menunda- nunda, sifatnya datar, ceroboh, tidak idealis, perasaan terikatnya lemah, rasa kebersamaannya terhadap orang lain kurang, kurang belas kasihan, tidak jujur, egoistis, berubah menurut situasi, mudah terpengaruh, ingatannya kurang baik dan tidak teliti.

0 komentar:

Post a Comment


Artikel Populer


Copyright © 2009-2012 Arsad 'Adjie' Anto | Powered by Simba.